Beberapa bulan yang lalu aku sempet nulis dan ngomongin soal mimpi. Mimpi yang terlalu luas dan yang akhirnya jadi sederhana. Yang belum baca atau pernah baca tapi lupa, silakan klik link ini (Sudah benarkah mimpimu?)
*Maafkeun part 2 nya telat banget. Jujur aku lupa. Untungnya, kemarin ada temen yang baca, terus penasaran sama lanjutannya. Well, thanks for reminding me.
Melanjutkan tentang pemikiran random yang ke-4 dan ke-5.
Yang keempat yaitu cita-cita tentang "life-partner" alias marriage.
Dan yang kelima adalah soal "hidup bebas semau saya". Tapi untuk post kali ini aku mau beropini yang nomor 4 dulu. Simak sampai akhir ya...
So sorry kalo nanti aku lebih banyak ngomongin berdasar apa yang aku yakini, dan ada beberapa dasar-dasar ilmu beserta opini pribadi.
About marriage...
Punya life-partner itu pasti jadi cita-cita nomor wahid bagi setiap orang yang sudah cukup akal dan umur. Semuanya berlomba-lomba, cari pacar, cari duit, nabung sebanyak-banyaknya, hanya untuk menikah. Semua diusahakan dan totalitas dalam satu urusan itu, yaitu nikah.
Lagi lagi, aku hidup di jaman now, dan aku pun gak bisa komentar banyak, ketika menikah jadi salah satu standar "kesuksesan" seseorang. Ketika nikah jadi bahan olok-olokan atau bully-an. Ketika nikah jadi terkesan seperti perlombaan, bisa jadi cepet-cepetan demi suatu predikat tertentu. Yang lebih nusuk ati, banyak juga menikah karena ikut-ikutan karena temen yang lain udah nikah. Adaaa...
Makin miris sama kenyataan sekarang ini, setiap orang seolah gak punya filter, semua diterima, dan yang keliatan oke langsung diambil gitu aja.
Masih gak percaya? Coba cek sosial media, cek beberapa public figure yang kebetulan udah nikah, atau cek foto para artis yang intimate sama pasangannya. Disitu aku heran, kolom komentar isinya para laki dan perempuan yang heboh tag pasangan masing-masing. Dengan komentar beragam, intinya mereka juga menginginkan "life-goal" yang seperti itu.
Masih gak percaya? Coba cek sosial media, cek beberapa public figure yang kebetulan udah nikah, atau cek foto para artis yang intimate sama pasangannya. Disitu aku heran, kolom komentar isinya para laki dan perempuan yang heboh tag pasangan masing-masing. Dengan komentar beragam, intinya mereka juga menginginkan "life-goal" yang seperti itu.
Semudah itukah? otak kita bisa dengan mudahnya di isi dengan warna yang mungkin gak sesuai sama identitas kita?
Next,
Belum lagi masalah lingkungan yang semakin menekan. Seperti ini misalnya, kamu udah mapan, kamu udah kerja, kamu udah kecukupan, umur juga sudah cukup, kenapa gak segera menikah? Apalagi yang ditunggu?
Aku pun seringkali mendengar suara-suara sumbang itu.
Lalu, yang jadi pikiran cuma satu...
Apakah se-sederhana itu? Merasa udah pantes dan mampu, lalu memberanikan diri untuk menikah. Apakah se-simple itu?
Sebelumnya kenalan dulu ya. Aku muslim, 24 tahun, dan Alhamdulillah sampai saat ini masih diberi kekuatan untuk menjalani hidup "sendiri". Tapi aku enjoy aja. Gak gimana-gimana juga. Kalo kata embah, yang penting nothing to lose. Karena semua ada saatnya. Gak mungkin bareng. Gak mungkin sama.
Based on my opinion. Menikah itu bukan hal yang sepele, bukan main-main, dan satu hal lagi yang lebih pasti. Yang memerintahkan menikah itu bukan manusia, tapi Allah.
Sorry again. Aku bakal mengupas pembahasan ini berdasar quran dan hadits yang mendukung. Karena menikah itu memang perintah agama. Karena aku Islam, ya akan aku kaitkan dengan sumber-sumber yang memang menguatkan.
Apakah sesimple itu?
Jawabannya jelas. Tidak!
Ingat, menikah itu perintah agama, menikah itu bukan perkara main-main, tapi syariat. Lalu pasti muncul pertanyaan, "loh menikah itu kan amalan baik dan dapet pahala? kenapa harus ditunda-tunda, kenapa ribet?"
Ingat, yang menjadikan itu berpahala atau tidak, amal yang diterima atau ditolak, cuma satu. Yaitu niatnya!
"Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia atau karena wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu sesuai ke mana ia hijrah.” (HR. Bukhari Muslim)
Pasti muncul lagi pertanyaan, "loh kan ini juga buat melaksanakan perintah Allah? lagipula niatnya juga udah bener"
Aku yakin, pasti diawal bukan karena Allah. Bisa jadi karena lingkungan, karena nyinyiran, karena udah merasa pantes dan merasa sudah saatnya. One thing i do really believe, mana bisa niat kita bener kalau kita ga tau ilmunya. Nah looo..
Ilmu itu penting banget. Kenapa setiap orang wajib mencari ilmu (terutama agama)? Kalo dalam Islam, ya jelas banget, karena sesuatu yang dilakukan karena ikut-ikutan, tanpa dasar yang jelas itu bakal dinilai sia-sia. Ingat, SIA-SIA...
Sederhana aja sih kayanya cuma sia-sia. Tapi tau gak, apa sebenernya makna sia-sia itu? begini, sia-sia itu gak dinilai, gak diitung, gak ada nilainya dimata Allah.
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. (QS. Al Isra, 36)
“Maka ilmuilah (ketahuilah)! Bahwasanya tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu” (QS. Muhammad, 19).
Itu hanya beberapa sumber mendukung saja. Disitu sudah jelas tertulis "pengetahuan". Bahwa memang dalam hal apapun, kita harus meletakkan ilmu di garis depan. Karena tanpa ilmu, sebenarnya manusia menjadi tak terarah, melakukan hal yang tidak benar, dan tidak punya tujuan.
Itu hanya beberapa sumber mendukung saja. Disitu sudah jelas tertulis "pengetahuan". Bahwa memang dalam hal apapun, kita harus meletakkan ilmu di garis depan. Karena tanpa ilmu, sebenarnya manusia menjadi tak terarah, melakukan hal yang tidak benar, dan tidak punya tujuan.
Jujur, aku pribadi juga pernah berpikiran pendek. Sempet bercita-cita pengen nikah usia muda, dimana nanti harapannya ketika sudah berumur, kita masih dalam kondisi sehat dan masih bisa menyaksikan perkembangan anak-anak sampai dewasa. Itu cita-cita dulu, waktu yang di otak isinya masih micin sama kecap.
Tapi Allah Maha segalanya. Entah sesuatu dan lain hal, seiring waktu berjalan, aku pribadi pada akhirnya bisa sadar, bisa paham kenapa harus "tau dulu, baru melangkah", jadi apapun itu kita harus punya ilmu yang mantap, punya dasar yang kuat. Kalo udah begitu, nanti ati sama pikiran pasti langsung sejalan, dan ga terpengaruh lagi sama ocehan orang. Karena omongan orang itu gak ada dasarnya, dan kelak gak bisa dipertanggungjawabkan. Got it?
Lalu ada juga yang membenarkan dengan logikanya, kan kita sudah dari dulu diajarkan tentang menikah. Tapi siapakah yang mengajarkan, kapan diajarkan, coba ulangi sekarang sejauh apa kita paham?
Aku pun masih ga begitu paham. Makanya aku masih terus cari. Cari dimana? pastinya di orang yang lebih tau dong.
Aku pun masih ga begitu paham. Makanya aku masih terus cari. Cari dimana? pastinya di orang yang lebih tau dong.
Jadi ribet ya? oh enggak, ga ada yang ribet. Karena aturan sudah dibuat sama Allah, tinggal kita cari tahu, dan pahami betul setiap ilmu Allah itu. Ketika saatnya tiba, kita tinggal amalkan. Just it, simple dan ga merepotkan.
Banyak juga yang membela diri, "kan menikah biar separuh agama kita bisa sempurna?" Bener itu ada hadistnya sih
Jika seseorang menikah, maka ia telah menyempurnakan separuh agamanya. Karenanya, bertakwalah pada Allah pada separuh yang lainnya.” (HR. Al Baihaqi)
Tapi aku udah sadar diri, demi melengkapi separuh yang lainnya (menikah), aku kudu punya bekal separuh dulu. Apa itu? ya diri kita ini. Perbaiki diri dulu, persiapkan segalanya, belajar sebanyak-banyaknya, muhasabah (instropeksi diri) setiap waktu, perbaiki sikap, dan luruskan tujuan. Jadi, ketika tiba waktunya, semua sudah utuh. Bahwa dengan menikah benar-benar telah menyempurnakan separuh agama itu jadi benar dan bisa diterima. Dan insha Allah akan lebih jelas arah tujuannya.
Intinya, sabaaar...
Sabar di dunia itu enggak lama. Ibarat umurku sampai 80 tahun, sekarang misal sudah umur 30. Aku tinggal menghabiskan 50 tahun lagi kan. Ya kalau sampai 80, kalau besok ternyata sudah waktuku? aku bisa apa? yakin sudah siap bawa amalan yang dasarnya ikut-ikutan? yakin itu bisa di pertanggung jawabkan? Wallahualam ya.
Mana bisa sih untuk urusan se-sakral itu standarnya cuma ikut-ikutan? Mana bisa sih jalani hidup hanya karena takut di nyinyir orang?
Yuk lah jadi generasi cerdas, jangan mudah termakan, jangan mudah terprovokasi. Omongan orang itu kadang cuma racun tanpa landasan. Jangan merasa terhakimi. Biarkan, abaikan, kamu gak sendirian kok. Allah is always right beside you.
Deal yaa, gak usah galau apalagi sedih! Kalau kita sudah paham, pasti ketemunya juga sama orang yang paham dan berilmu, gak bakal jauh-jauh dari itu. Dan Allah pun sudah jamin itu. Good man for good woman.
Sabarmu sudah pasti berkah dan dinilai ibadah sama Allah. Karena dengan ilmu yang oke pasti niatnya juga lurus. Intinya, segala sesuatu tergantung niatnya. Dan niat yang bener hanya bisa dicapai dengan ilmu yang bener pula.
Jadi, hilangkan keresahan, kebingungan, apalagi kegalonan. Banyak yang bisa dilakukan kok daripada cuma galau. Perbaiki diri, perbanyak ilmu, kuatkan hati, kuatkan iman, dan selalu pahami betul ilmu apapun sebelum kita mengamalkan (melakukan). Jadi bukan cuma soal marriage aja, ini berlaku untuk semua hal yaa.
Jangan jadi generasi yang mudah di sudutkan, harus punya prinsip yang kuat.
Bahwa dalam hidup di dunia, kita gak perlu lah memikirkan hal yang terlalu jauh, terlalu rumit, dan terlalu life-oriented. Cukup pikirkan apa yang sekiranya kurang dalam diri, sadari, dan perbaiki.
Thanks for having me. Sekian.
Thanks for having me. Sekian.
Sudah Benarkah Mimpimu? | About Marriage
Reviewed by Dini Nh
on
January 20, 2018
Rating:
👍 kerjakan dengan niatan agama
ReplyDelete